Dari Dapur Kecil ke Omzet Berlipat, Perjuangan Abu Ali Bangkit Bersama BAZNAS
Di balik hiruk pikuk aktivitas Rumah Sakit Sultan Fatah Demak, sebuah warung makan sederhana tak pernah benar-benar sepi. Sejak pukul 04.30 pagi, aroma masakan hangat mulai menyeruak dari dapur kecil milik Abu Ali Abdul Muthalib. Dengan penuh kesabaran, ia menyiapkan hidangan untuk para tenaga medis, karyawan rumah sakit, hingga keluarga pasien yang singgah mengisi perut.
Abu Ali bukanlah pengusaha besar. Ia adalah mustahik binaan BAZNAS melalui program Baznas Microfinance Desa (BMD). Warung makannya berada di lokasi kantin rumah sakit—strategis, namun sekaligus penuh tantangan. Ketika kondisi rumah sakit lengang, omzet pun ikut merosot. Pasang surut penjualan menjadi bagian dari keseharian yang harus ia hadapi.
“Kadang ramai, kadang turun drastis. Kalau pengunjung rumah sakit sepi, semua warung ikut terasa dampaknya,” tutur Abu mengenang masa-masa sulitnya.
Sebelum mendapatkan pendampingan dari BAZNAS, omzet warung Abu Ali rata-rata hanya sekitar Rp600 ribu per hari. Ia harus membuka warung hampir tanpa henti, dari subuh hingga tengah malam, dibagi dalam dua shift kerja. Dengan empat orang karyawan dan bantuan sang istri, Abu berusaha bertahan di tengah ketatnya persaingan dan naik-turunnya pembeli.
Titik balik itu datang ketika Abu Ali bergabung sebagai mitra BAZNAS Microfinance Desa. Melalui program pemberdayaan ekonomi mustahik, BAZNAS memberikan pembiayaan modal usaha sebesar Rp2.500.000. Dana tersebut dimanfaatkan Abu untuk menambah stok bahan pokok dan memperkaya variasi menu.
“Alhamdulillah ada bantuan pembiayaan dari BAZNAS buat modal usaha. Saya pakai untuk belanja sembako, dan ke depan ingin nambah menu nasi pecel,” ujar Abu dengan wajah penuh syukur.
Bantuan tersebut bukan sekadar tambahan modal. Bersama BAZNAS, Abu juga mulai belajar menata usahanya secara lebih rapi. Ia perlahan menerapkan pencatatan keuangan manual, khususnya untuk pengeluaran operasional. Dari situ, Abu mulai memahami arus kas usahanya dan menghitung keuntungan secara lebih jelas.
Hasilnya pun terasa nyata. Sejak mendapat pembiayaan dan pendampingan dari BAZNAS, omzet warung Abu Ali meningkat signifikan hingga mencapai Rp1 juta per hari. Dari jumlah tersebut, ia mampu meraih keuntungan bersih sekitar Rp400 ribu rupiah. Angka yang sebelumnya sulit ia bayangkan, kini menjadi bukti bahwa usaha kecil bisa bangkit jika mendapat dukungan yang tepat.
Bagi Abu Ali, BAZNAS bukan hanya lembaga penyalur dana zakat, infak, dan sedekah. Lebih dari itu, BAZNAS hadir sebagai mitra yang menguatkan langkahnya untuk mandiri secara ekonomi. Dari warung makan sederhana di sudut rumah sakit, Abu kini menatap masa depan dengan lebih optimis.
Kisah Abu Ali menjadi cerminan bagaimana zakat yang dikelola secara produktif mampu mengubah kehidupan mustahik. Melalui program Baznas Microfinance Desa, BAZNAS terus membuktikan komitmennya dalam mendorong kebangkitan ekonomi umat—satu warung kecil, satu keluarga, dan satu harapan baru pada satu waktu.