Diposting Jumat, 05 Desember 2025
Oleh: Humas BAZNAS
Fikri Salam, Pemuda Tulungagung yang Menggulung Mimpi Lewat Telur Gulung Berkat Dukungan BAZNAS

Setiap akhir pekan, kawasan Car Free Day (CFD) Alun-Alun Tulungagung dipenuhi aroma gurih telur yang baru digulung. Dari balik kepulan minyak itu, Muhammad Fikri Salam (28) tampak cekatan memainkan tusukan kayu, menggulung telur yang menjadi santapan favorit banyak pengunjung. Dialah sosok di balik “Sobat Telur”, usaha kecil yang kini berkembang pesat hingga dikenal di beberapa titik keramaian kota.

Perjalanan Fikri tidak dimulai dari sesuatu yang besar. Pada 2023, ia hanya memiliki keberanian mencoba dan sebuah gagasan sederhana: menjual telur gulung dan makaroni telur, dua jajanan yang selalu punya tempat di hati masyarakat dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun semangat tidak selalu cukup. Di tengah keterbatasan modal, Fikri sempat merasakan bagaimana beratnya mempertahankan usaha di awal rintisan.

Hingga kemudian ia berkenalan dengan program BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Tulungagung. Dari sinilah kisah Sobat Telur mulai menemukan jalannya. Pada November 2024, Fikri menerima pembiayaan tanpa bunga sebesar Rp1,6 juta. Modal tersebut ia gunakan untuk memperkuat stok bahan baku serta menambah kebutuhan operasional. Dengan dukungan itu, Sobat Telur mulai berani membuka lapak lebih rutin, termasuk di CFD Alun-Alun Tulungagung dan CFD Sobontoro.

Waktu berjalan, usaha yang awalnya dipandang kecil itu justru menunjukkan perkembangan di luar dugaan. Lapak Sobat Telur selalu ramai. Antrian tak pernah berhenti, terutama saat CFD berlangsung. Melihat peluang itu, pada Oktober 2025 Fikri kembali mendapat pembiayaan tahap kedua dari BMD BAZNAS senilai Rp2,5 juta. Bantuan ini ia manfaatkan untuk menambah peralatan dan memperluas modal usaha sehingga ia bisa membuka satu titik tetap di Pusat Kuliner PINKA Kutoanyar, yang beroperasi setiap hari dari pukul 10.00 hingga 17.00 WIB.

Perkembangannya terasa nyata. Setiap hari, lapak Sobat Telur di PINKA mampu menghasilkan omzet Rp200–Rp300 ribu. Sementara itu, dua titik CFD—yang selalu ramai pengunjung—memberikan pemasukan yang lebih besar, yaitu Rp600–Rp700 ribu dalam sehari. Angka-angka ini menjadi bukti bahwa usaha kecil pun bisa menjadi sumber penghidupan yang kuat ketika dikelola dengan tekun dan diberikan dukungan yang tepat.

Fikri tak pernah menutup-nutupi bahwa perkembangan usahanya sangat bergantung pada bantuan yang diberikan BAZNAS. Baginya, pembiayaan tanpa bunga bukan hanya soal angka rupiah, tetapi kepercayaan yang membuatnya berani melangkah lebih jauh. “Bantuan dari BAZNAS membuat saya punya keberanian. Dari situ saya merasa usaha ini benar-benar bisa berkembang,” ujarnya.

Program BAZNAS Microfinance Desa memang dirancang untuk hal semacam ini: membuka kesempatan bagi para mustahik agar bisa mengembangkan usaha dan meningkatkan penghasilan secara berkelanjutan. Dengan prinsip nonprofit, program ini tidak membebankan bunga apa pun. Tujuannya sederhana namun sangat berarti: membantu masyarakat kecil menemukan jalan menuju kemandirian ekonomi.

Kisah Fikri kemudian menjadi inspirasi baru bagi anak-anak muda di desanya. Banyak yang melihat bahwa usaha kuliner kecil sekalipun bisa tumbuh besar bila digarap serius, terlebih jika mendapat dukungan lembaga yang peduli seperti BAZNAS. Sobat Telur bukan sekadar lapak jajanan; ia adalah bukti bahwa perubahan ekonomi bisa dimulai dari sesuatu yang sederhana, dari tangan seorang pemuda yang mau berusaha.

Dan di balik cerita itu, ada peran BAZNAS yang memastikan dana zakat dikelola secara tepat sasaran—mengalir kepada mereka yang membutuhkan, lalu tumbuh menjadi kesempatan baru, membuka ruang kesejahteraan, dan menguatkan kembali harapan masyarakat.